Ada banyak mitos yang beredar di masyarakat seputar makanan dan minuman yang kita konsumsi, terkait dengan efeknya bagi kesehatan tubuh kita. Mana yang benar dan mana yang salah? Cari tahu dengan membaca terus artikel ini.

Mitos: Saat diare, minumlah sari lemon tanpa campuran apa pun


Fakta: Salah, kata spesialis gastroenterologi,Profesor Terry Bolin, presiden Gut Foundation. ”Ketika terserang diare, Anda kehilangan elektrolit, khususnya sodium dan potasium. Zat itu perlu diganti, terutama sodium. Elektrolit itu terutama harus segera diganti pada anak-anak. Soft drink mengandung banyak gula tanpa elektrolit.” Menurut Terry, jika memaksa diri minum sari lemon, Anda harus mencampurnya dengan sekitar satu sendok teh garam untuk satu botol sari lemon, atau tiga sendok makan untuk botol ukuran 750ml. 
    
Daripada minum soft drink, Terry menambahkan bahwa lebih baik Anda menggunakan pengganti cairan, seperti Gastrolyte (yang dijual di apotek), dan membiarkan cairan terganti secara alami. ”Kebanyakan kasus diare akan sembuh dalam waktu 24-48 jam, dan kita tidak pernah tahu penyebabnya. Sebabnya, ketika Anda hendak mengirim sampel untuk pemeriksaan dan mengecek hasilnya, diare tersebut sudah hilang. Namun demikian, untuk diare yang tidak sembuh setelah dua hari, dianjurkan untuk diperiksa.”


Mitos: Makan cokelat memicu jerawat


Fakta: Tidak juga, kata Dr. Pam Brown, dari Australian Collage of Dermatologist. ”Tidak ada data akurat untuk mendukung teori tersebut, meskipun pernyataan itu sering kali ditemukan di buku-buku panduan dermatologi. Itu adalah mitos yang memiliki sejarah panjang.  Hal itu pertama kali digembar-gemborkan pada 1930-an. Sejumlah penelitian juga dilakukan pada 1960 dan 1970-an, tetapi tidak didesain dan dijalankan dengan baik.
    
”Kita tahu bahwa makanan bisa menjadi satu dari sekian banyak faktor, termasuk sifat genetis dan pola makan, yang memengaruhi timbulnya jerawat,” katanya. Ada beberapa bukti bahwa tingginya kandungan zat glycaemic dapat memicu produksi hormon androgen dalam tubuh, dan androgen adalah salah satu yang mendorong tumbuhnya jerawat dalam tubuh seseorang yang secara genetis rentan. ”Tetapi tidak ada implikasi bahwa cokelat itu sendiri memicu jerawat,” tandasnya.

Mitos: Makan apel setiap hari menjauhkan diri dari penyakit


Fakta: “Secara harfiah, hal itu jelas tidak benar,” kata Dr. Ronald McCoy, “tetapi sebagai metafora, pernyataan itu ada benarnya. Telah diakui, buah adalah salah satu bagian penting dalam pola makan, dan butuh dimasukkan dalam asupan sehari-hari. Tetapi jika Anda perhatikan, yang disebutkan adalah satu apel, bukan 50 apel sehari. Apel itu sebaiknya menjadi bagian dari menu seimbang. Meskipun apel memang mengandung antioksidan yang tinggi, Anda tidak hanya butuh apel. Yang dimaksud di sini adalah buah secara umum. Intinya, asupan buah-buahan yang cukup dalam menu seimbang menjadi faktor penting untuk memperpanjang umur.”

Mitos: Makan wortel meningkatkan penglihatan Anda


Fakta: Yang ini memiliki sedikit kebenaran di dalamnya. Makan wortel tidak akan mencegah atau memperbaiki masalah, seperti rabun jauh atau dekat, tetapi makan satu buah wortel setiap hari dapat mencegah rabun senja untuk anak-anak tertentu. Rabun senja, kondisi di mana mata tidak mampu beradaptasi dengan cahaya redup, dipicu oleh kekurangan vitamin A. Wortel kaya akan betakaroten, yang diubah tubuh menjadi vitamin A. 

Mitos: Minum jus cranberry bisa menyembuhkan infeksi saluran kemih


Fakta: “Tidak ada bukti bahwa jus atau tablet cranberry bisa menyembuhkan infeksi yang sudah terjadi,” kata Dr. David Malouf, presiden Urological Society of Australian and New Zealand. “Infeksi saluran kemih sebaiknya dirawat dengan resep antibiotik dari dokter. Infeksi yang tidak dirawat dapat menyebar ke ginjal (yang disebut dengan pyelonephritis), dan akan memperburuk kondisi pasien. ”Meskipun demikian, ada bukti bahwa konsumsi jus atau tablet cranberry secara rutin dapat mengurangi risiko urinary tract infection (UTI) sebelum terjadi. Pemikiran yang ada saat ini adalah cranberry dapat menghentikan bakteri – kuman penyebab UTI – melekat di dinding saluran kemih. Itulah salah satu strategi bagi pasien yang terkena UTI kambuhan, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya lagi infeksi.”


Mitos: Ikan adalah makanan untuk otak


Fakta: Yang ini memang benar. Makan ikan memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke (karena minyak ikan kaya akan asam lemak tak jenuh, dikenal dengan omega-3 yang menurunkan kadar kekentalan darah dan meningkatkan fleksibilitas sel darah merah). Selain itu, ikan juga memiliki kelebihan khusus untuk otak, terutama di kehidupan tua, lagi-lagi berkat omega-3 tersebut. 
    
Sebuah penelitian dari Rush University Medical Centre di Chicago menyebutkan bahwa makan ikan sekali seminggu mendorong penurunan risiko keterbelakangan kognitif hingga 60% pada orang tua, dan secara signifikan mengurangi risiko terjadinya kondisi seperti Alzheimer. Dalam buku 100 Simple Things You Can Do to Prevent Alzheimer, Jean Carper mengutip Dr. Emiliano Albanese, yang mempelajari pola makan 15.000 orang yang berusia lebih dari 65 dari tujuh negara: “Faktanya, makin banyak ikan yang Anda makan, makin kecil kemungkinan Anda menderita pikun.” Mereka yang mengonsumsinya beberapa kali dalam seminggu mengurangi kemungkinan menderita pikun hingga 20%, dan mereka yang memakannya setiap hari menurunkan risiko hingga 40%.

Mitos: Hindari susu, terutama saat Anda terkena pilek, karena susu memicu lendir


Fakta: Kepercayaan yang sangat sulit dibantah ini, sepenuhnya salah, kata Dr. Ronald McCoy. ”Susu adalah sumber kalsium yang sangat penting, khususnya untuk anak-anak. Jadi, penting sekali menghilangkan kepercayaan ini sepenuhnya. Ditemukan bukti ilmiah yang akurat dan sudah diperiksa dengan teliti. Bukti itu sama sekali tidak diragukan bahwa tidak ada hubungan antara keduanya (susu dan lendir). Tetapi orang-orang tidak percaya dengan hal itu. Faktanya bahwa susu mengandung virus yang menghasilkan lendir, itu sama sekali tidak relevan! Banyak orang memiliki ketakutan seputar kesehatan, dan butuh orang dewasa untuk menyadarkan mereka dari ketakutan tersebut dan berkata, ’Bukti menunjukkan bahwa semua itu tidak ada hubungannya.’ Jika orang tetap memercayai yang sebaliknya, mereka bersikap tidak rasional.”
    
Ia menambahkan bahwa tidak ada hubungan antara intoleransi laktosa (yang sebenarnya adalah tentang perut kembung dan diare) dan produksi lendir. (Tidak semua orang yang dibesarkan dengan pola makan Barat, memiliki toleransi yang sama terhadap laktosa). Butuh keberanian untuk menghadapi ketakutan tersebut. Ini artinya berkata, ”Tidak, itu tidak benar,” kepada kerabat dan teman yang terus memaksakan kepercayaan tersebut. ”Coba lihat dari sisi lain, jika Anda adalah orang tua, apakah Anda mau mengikuti ketakutan tersebut dan memiliki anak yang nantinya menderita osteoporosis? Hal itu tidak masuk akal.”


Mitos: Makanan pedas menyebabkan sariawan


Fakta: ”Tidak,” kata Profesor Terry Bolin. ”Sebuah penelitian mengagumkan dilakukan beberapa tahun lalu, dengan memberi makanan pedas kepada sejumlah orang, dan ternyata hal itu tidak menimbulkan masalah apa pun. Yang dilakukan oleh makanan pedas adalah mengganggu perut yang sensitif. Ketika makanan pedas itu memberikan rasa sakit, Anda sering kali berkata, ’Oh, ini pasti sariawan,’ padahal bukan. Rasa sakit itu datang dari perut Anda. Sekarang kita tahu bahwa bakteri yang dikenal dengan Helicobacter pylori adalah penyebab utama sariawan, kecuali sariawan yang disebabkan oleh pengobatan sendi dan aspirin. Anda tidak tahu saat terkena Helicobacter. Kebanyakan orang yang memilikinya, sejauh pengamatan kami, telah mendapatkannya sejak masih kecil atau remaja. Kami menduga bahwa hal itu berhubungan dengan nutrisi dan asupan air, karena penyakit itu umum terjadi di tempat-tempat, seperti Asia, tetapi tidak di wilayah seperti Australia.”

Mitos: Tahan lapar saat panas atau demam


Fakta: ”Ini sepenuhnya salah,” kata Dr. Ronald McCoy. ”Orang dengan demam panas membutuhkan nutrisi. Mereka mungkin tidak memiliki selera makan, tetapi harus tetap makan satu porsi kecil secara rutin. Mereka harus mengisi perut dengan apa pun yang bisa mereka makan. Ketika sakit, kebutuhan nutrisi seseorang meningkat, dan tingkat metabolismenya naik. Orang yang demam bisa kehilangan berat badan sangat cepat. Saya pernah melihat pasien yang kehilangan berat hingga delapan kilogram dalam waktu empat hari, dan kasusnya itu bukan disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh. Ia menerima infus. Hal itu mungkin karena pembakaran otot. Jika ada orang di sekitar Anda yang terkena demam, berikan mereka parasetamol. Setelah efek obat mulai terasa setengah jam kemudian, itulah saatnya memberi mereka makanan. Mereka mungkin sudah bisa makan saat itu.”

Mitos: Makan yogurt untuk mengobati keputihan


Fakta: ”Para juri masih belum sepakat dengan hal ini,” kata ginaekolog,Dr. Kristine Barnden. ”Logikanya patut diberikan tepuk tangan.”  Keputihan adalah infeksi akibat jamur pada vagina. Normalnya, bakteri ”baik” bernama lactobacilli menciptakan lingkungan yang cukup asam pada vagina, dan menekan kemunculan jamur, seperti candida. Tetapi jika ada sesuatu yang menekan perkembangan lactobacilli, misalnya konsumsi antibiotik akibat kondisi lain, jamur mungkin saja tumbuh. Asumsinya, asupan yogurt yang mengandung bakteri, seperti acidophilus, atau yogurt tanpa rasa atau yogurt biasa, akan menjaga tingkat keasaman tersebut tetap seimbang. 
    
Masalahnya, belum ada penelitian besar yang didesain khusus untuk membuktikan bahwa yogurt memiliki fungsi tersebut, bahkan ada beberapa (yogurt) malah tidak menunjukkan efek apa pun. Kita juga mendengar banyak soal probiotik (bakteri seperti acidophilus yang dikonsumsi untuk kepentingan kesehatan), tetapi, menurut Dr. Kristine, ”Semua percobaan yang memeriksa hal itu menunjukkan adanya efek placebo.” Dengan kata lain, hal itu terjadi hanya karena orang percaya hal itu terjadi. ”Namun demikian, tidak ada salahnya mengonsumsi yogurt,” katanya.
    
Yang bisa menyembuhkan keputihan adalah obat antijamur yang dijual di apotek. Jika Anda tidak yakin gejala itu adalah keputihan, atau jika gejala itu bertahan lama, sebaiknya Anda memeriksakannya ke dokter.

Please share.. If you like it..


Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: